Cerita Seks Hijab Rozah Yang Binal 1


"Kamu gak pake celana dalam ya dek, kok gak kelihatan garis celana dalammu." Tanya suaminya. Tergolek lemah karna kecelakaan naik motor. Baru saja minum obat, efek samping kantuk sudah dirasakanya.





"Iya Mas." Jawab istrinya. Sambil memberesin bungkus obat dan segelas air putih dimeja samping tempat tidurnya.

Istrinya terlihat anggun dengan busana gamis ketat yang dikenakanya.



"Celana dalamku tadi aku lepas karena hasil fotonya kurang bagus Mas. Baju gamis yg mau di foto ini terlalu ketat, gak enak dipandang nanti kalau kelihatan garis celana dalamku Mas." Istrinya sampai membolak-balikan badan didepan suaminya,



"Maklum lah Mas, inikan model gamis jaman sekarang. Model gini lagi tren buat anak muda Mas. Auuuu!" istrinya menjerit kaget. Tiba-tiba saja suaminya meremas bokong dan mengurut, menekan jempol digaris pantatnya. Karena memang sudah tidak pakai celana dalam, urutan jempol suaminya terasa sampai ke liang bokongnya.



"Bukan model pakaian gamisnya yang terlalu ketat dek. Inikan karena bokongmu yang memang sekal dan mbendol." Kata suaminya. Masih meremas dan bahkan jempolnya hampir menjamah lubang kemaluanya.



"Iiiiihhhh.....sudah ah Mas, nanti bajunya kebasahan dibelakang ini. Malu ah, nanti ketahuan Ray." Buru-buru istrinya menjauh dari jamahan tangan suaminya. Coba aja kalau tadi sedikit lama tangan suaminya bermain di pantat dan colekan-colekan di lubang kelaminya, bisa tercetak basah nih pakaian gamis ini. Iiih.....malunya nanti sama mereka.



"Aku mau ke kamar mandi dulu Mas. Eemm....mau rapi'in rambut yg dibawah ini. Geli kalau di pake jalan, kegesek-gesek terus. Mana rada basah gini jadinya." Ujar istrinya sambil menarik baju gamis bagian bawah belakang. Dilihat dan diusapnya. Khawatir kalau daerah situ beneran basah.



"Ingat ya dek. Cuma kali ini aja kamu ambil kerjaan ini. Sebenarnya Mas gak suka Dek lihat kamu di foto-foto gitu. Mas kan Ustadz di sini. Gak enak kalau tetangga tau."



"Iya mas, adek tau kok. Lagian ini juga pemotretan promosi baju muslim mas. Gak aneh-aneh kok. Nanti aku kasih lihat deh hasil fotonya, tapi janji mas gak bakalan cemburu, apalagi marah. Ini semua demi sekolah Reza mas."



"Iya iyaaa.....Oh ya dek. Nanti Mas gak usah dibangunin. Mas tadi sudah pesan sama Pak Burhan buat ganti'in jadi imam di mushola nanti sore?"



"Iya mas. Mas istirahat aja." Sebuah Kecupan mesrah mendarat dibibir sang suami Sebelum beranjak meninggalkanya.



Wangin tubuh istrinya semerbak menggoda birahinya. Aroma wewangian yg lembut, serta gerakan bokong dan lenggokan pinggul istrinya, membuat Suaminya berdecak kagum. Dengan kemolekan tubuh dan bokong istrinya, tak ayal membuatnya lupa berkedip. Bentuk bokong istrinya menungging Kencang dan padat. Emmmmm...



Tanpa sengaja tadi lenganya tersentuh payudara istrinya, saat istrinya memberikan kecupan mesra. Terasa kenyal dan lembut dilenganya.

Seperti tanpa penutup terpasang di payudaranya. Dia tidak dapat melihat karena tadi tertutup jilbab yg sedikit panjang, "apa istriku juga melepaskan BH nya...?" Tanyanya dalam hati.



Badan yang lemah dan efek samping obat yg diminumnya, membuyarkan macam-macam fikiran curiga yang ada di kepalanya. Baginya kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh istrinya yang solehah, cukup untuk menenangkan fikiran curiganya. Bahwa istrinya cukup bisa untuk menjaga diri.



Suaminya pun terdidur tanpa tau apa yg nanti terjadi pada Rozah, istrinya.




*Long Time Ago*



Mbak Rozah. Begitu aku biasa memanggilnya. Adalah seorang wanita sekaligus istri yang alim dan sholehah. Seorang istri yang keseharianya selalu mengenakan pakaian muslimah panjang ini umurnya 35 tahun. Sudah dikaruniai seorang anak. Reza 16 thn kelas 3 SMA.



Mbak Rozah tubuhnya bagus. Proporsional. Tinggi 165 cm dengan tubuh langsing berisi. Kulitnya putih dengan senyum manis di bibirnya menambah aura kecantikan sejati seorang wanita muslimah. Suaranya juga halus dan lembut.



Biarpun mbak Rozah selalu mengenakan pakaian gamis panjang yang tertutup, tetap saja tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuh indahnya. Terutama bagian bawah belakang tubuhnya. Ya, mbak Rozah di karuniai sebuah bokong yg indah. Terlihan bulat dan nungging. Kadang aku curi-curi pandang memandangin bokong bahenolnya waktu bertamu di rumahnya. Keindahan cara berjalanya selalu menghipnotis mataku.



"Ih, matamu itu lo Ray di jaga." Kata-kata mbak Rozah terdengar halus. Menoleh kebelakang sambil tersenyum. Senyum simpul yang manis. Tentu saja waktu aku kepergok tidak berkedip memandangi gerakan tubuh bagian belakangnya.



Aku dan mbak Rozah cukup akrab. Aku sering bergurau denganya. Pembawaanya yg murah senyum, membuat siapapun yg didekatnya merasa betah. Tutur katanya sopan. Intonasi suaranya halus, menambah daya pikat lebih dalam diri mbak Rozah. Entah kenapa, aku merasakan ada aura sexsualitas yang tinggi dalam diri mbak Rozah. Terpancar rasa percaya diri dan pengalaman yg luar biasa akan pengetahuanya tentang sex.



Mbak Rozah menikah dengan kang Aris 40 tahun. Yang masih berkerabat denganku. Karena kang Aris paman dari istriku. Mereka berdua lulusan pesantren. Mereka keluarga yang taat agama. Bahkan setelah menikah, kang Aris mendirikan mushola. Setidaknya selain menjadi tempat beribadah untuk masyarakat sekitar. Tujuan lainya pasti, untuk mengamalkan ilmu agama yg telah ditekuninya di pesantren dulu. Sebutan Ustadz pun sudah melekat di depan namanya. Ustadz Aris.



Namaku Ray 29 thn. Aku berdomisili di jawa barat. Tinggiku 175 cm. Badan tegap. Rambutku cepak sedikit ikal. Aku adalah seorang fotografer. Aku melayani pemotretan model pakaian muslim untuk toko-toko online yang sekarang lagi ramai-ramainya.



Aku lagi pusing karna kesulitan mencari model pakaian gamis. Pakaian gamis ini terlalu panjang. Semua model yg biasa aku pakai, gak pas dengan ukuran bajunya yg memang ditujukan untuk wanita yang bertubuh tinggi. Model yg bertubuh tinggi pun masih belum pas menurutku, terasa kurang berisi karena baju gamisnya memakai kain yg lentur. Yang memang harusnya modelnya itu harus mempunyai tubuh yg proporsional. Artinya badannya harus tinggi plus berisi. Ya, ini model gamis ketat. Pakaian muslimah yg memperlihatkan kecantikan, keanggunan, kesholehan dan kesensualan seorang wanita alim tanpa harus membuka aurat.



Sebenarnya aku tau siapa wanita yg semestinya cocok jadi model baju gamis ketat ini. Tapi aku segan kalau harus dia yang aku mintai tolong buat jadi modelku. Ya gimana? kan ini baju gamisnya ketat. Dan orang yang mau aku mintai tolong ini, biasanya memang selalu berpakain gamis tertutup yang rada longgar. Belum lagi kalau nanti tidak dapat izin dari suaminya hahahahaha.



Aku coba tanya dulu aja,. Mungkin aja mereka lagi membutuhkan uang, kan kemarin suaminya lagi sakit. Sudah satu minggu ini kang Aris tergolek lemah di kamarnya. Dan istrinya hanya ibu rumah tangga. Mungkin tabungan mereka mulai menipis.



Siang ini aku berencana mengunjungi rumah kang Aris. Maksud kedatanganku tentu saja, untuk menawari pekerjaan buat istrinya. Bayarannya lumayan. Cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama 1 bulan. Dan itu pun cuma satu model pakaian muslim. Kalau dia mau ambil 3 model pakaian muslim yang aku tawarkan ini , ya cukup lumayan lah, bisa buat nabung juga.



Aku berjalan kaki menuju rumah kang Aris. Aku malas pake motor karena rumahnya cukup dekat. Hanya berjarak 300 meter dari rumahku. Sekalian bisa bertegur sapa dan sedikit ngobrol dengan para tetangga.



"Loh kok pintunya tertutup," gumamku saat sampai di depan rumah kang Aris. Ini kan masih siang, "Assalamualaikuuum. Kang Aris." Suaraku memanggil. Tidak ada jawaban. Aku berputar ke samping rumah, mencari ke dapur kalau saja mbak rozah lagi masak dan tidak mendengan salam panggilanku tadi.



Benar saja. Kulihat mbak Rozah sedang duduk dikursi. Model mejanya bundar dengan 4 kursi. Kursinya tanpa sanderan. Dari yang aku lihat dari 3 kursi yg lain, ternyata bentuk bagian dudukan kursinya berongga dan berlubang-lubang. Mungkin buat angin-anginan kali ya. Haha....



Kulihat mbak roza duduk di salah satu kursi, menghadap ke meja. Tangannya sibuk mengupas kulit mentimun. Dia tidak menyadari kedatanganku karena posisinya membelakangi pintu. Aku tidak langsung menyapanya, aku tunggu sambil berdiri di muka pintu samping rumahnya yang sedikit terbuka.



Hohooo..... mumpung ada kesempatan dan emang lagi sepi rumahnya. Aku mulai iseng memperhatikan mbak Rozah. Teteeeppp..... terlihat anggun. Tapi ada yg berbeda dengan pakaianya. Baru kali ini aku lihat mbak Rozah pakai pakaian begini, rada seksi. Pakaian atasnya baju warna biru lengan panjang dan sangat ketat. Sampai-sampai memperlihatkan lekuk pinggul dan payudaranya. Bisa dibilang, kain bajunya yang lentur itu bagaikan kulit tubuhnya, seksi. Kerudungnya juga hanya di pake seadanya. Dengan ujung-ujungnya disampirkan ke kiri kanan pundaknya. Sehingga bagian lehernya yg putih masih dapat terlihat.



Rok bawahanya panjang. Bukan model yang ketat. Mbak Rozah pakai rok panjang yang lebar berbahan kain halus dan tidak mudah kusut. Tapi ada yg aneh, rok panjangnya dibiarkan menutupi seluruh kursi yang di dudukinya. Sampai kursinya tidak kelihatan sama sekali, tertutup lebar rok yang dikenalanya. Mungkin biar sejuk kali, kan dudukannya berlubang.



Memang dasar aku yang bokong lovers. Dari seluruh bagian tubuh mbak Rozah, tanpa sanggup memilih bagian tubuh yang lain, mataku langsung tertuju mengamati bokongnya. Ugghhhhh...... nungging banget bokongmu mbaaaak.... mau dong dibokongin kamu mbaaaak.... bayangan mesum mendoggy mbak Rozah, membuat dadaku berdesir. Posisi duduk dengan punggung yg lurus. Kedua tangan bertumpu di meja. Bahkan sampai membusungkan dadanya membuatnya semakin terlihat anggun.



"Uggghhhh....ehmmm....." samar-samar kudengar mbak Rozah mendesah pelan.



Memang tadi pertama aku lihat, dia tidak bergerak sama sekali. Kegiatanya hanya memegang timun dan mengupasnya. Tapi tiba--tiba pinggulnya bergerak, pelan sekali. Kakinya merapat. Bagian bawah tubuhnya bergerak maju.....



"Ehmmm..sssstttt...." setiap gerakanya selalu di iringi desahan pelan. Lalu mundur, "eghhh...ssssttttt..."Jelas sekali mataku melihatnya.



Apa yang dilakukan mbak Rozah membuatku makin penasaran. Aku pindah ke jendela yang ada di sisi kanan ruang dapurnya. Mencari sudut pandang yang pas. Jendela yang hanya ditutupi tirai tersingkap sedikit. Membuat posisiku makin mantab.



Kulihat kakinya melebar. Kedua sikunya di tumpukan ke tepian meja. Dia mengangkat bokongnya. Pelan sekali. Matanya terpejam terlihat meresapi apa yang dilakukanya.



"Emmmhhh...uuggghhhh.....ssssttt.." desahan halus semakin sering terlantun di sela bibir basahnya. Sesekali menghembuskan nafas, "huuuuhhhh...ssssttt.."



Sudut pandang dari sisi kanan ini sungguh mendukung sekali. Aku bisa melihat raut wajahnya dengan jelas. Cuma berjarak 2 meter dari tempat duduk mbak Rozah. Bulat bokongnya terpampang jelas di depan mataku. Rona wajah dan ekspresi sensual. Birahi yang memerahkan rona wajah mbak Rozah,. Membuat nafasku juga semakin menderu. Aku juga deg-degkan dibuatnya. Tanpa kusadarai, celanaku juga semakin sesak dibawah sana. Ternyata penisku terjaga dari tidurnya.



"Aaakkhhhhh.....sssstttttt....." sekarang mbak Rozah memutar pinggulnya. Sedikit lebih cepat.

"Ooouuhhhhh.... massss.... aku gak kuaaaattthhhh.." kata dalam desahanya pelan. Kepalanya mendongak saat pinggulnya di turunkan. Membuat kerudungnya hampir saja terlepas.

"Sstttt.....ma.....af....maaaaass.......ughhh. ."



Aku tidak tau apa yg dilakukanya. Rok panjang yang dikenakanya, menutupi seluruh bagian bawah tubuhnya. Di lihat dari gerakan dan ekspresi kegairahan di wajahnya. Sesekali menggigit bibir bawahnya. Terlihat jelas sekali dia sedang tenggelam dalam hasrat seksualnya.



Tapi pertanyaanya, apa yg dilakukan pada bagian bawah tubuhnya itu?

Apa ada sesuatu yg membuat nikmat daerah sensitifnya? Disengaja kah? Entahlah. Aku yg melihat saja sudah berfikiran macam-macam.



Mbak Rozah duduk di kursi tanpa sandaran yang tertutupi seluruhnya oleh rok panjangnya. Ditanganya dia memegang mentimu yang kelihatanya sedang dikupas. Tapi sesekali aku lihat, dia hanya mengelus-ngelus ujung mentimun, waktu dia mendesah di antara gesekan bawah tubuhnya



Haaah...? Apa mbak Rozah menaruh mentimun di bawah tubuhnya? Diduduki disela-sela daerah sensitifnya? Jantungku langsung berdegub kencang membayangnkan kemungkinan itu. Apa mbak Rozah bermasturbasi? Menggesek kewanitaannya dengan mentimun?





"Oggghhhh..ssttttthhhh....aduuuhhh......" ritme gerakanya semakin intens maju mundur.



"ooouuuughhhh....." bokongnya Maju,



"ssssssstttthhhh....." bokongnya Mundur,



"Okhhhh....sssssttttt" bokongnya diputar,



Aku menahan nafas melihatnya.



"Ugh...ughh...ughh...." mbak Rozah menundukkan kepala. Menaruhnya diantara kedua siku yang menempel di pinggir meja. Yang kulihat ternyata sikunya berfungsi untuk tumpuan dari pinggul yang bergoyang maju mundur.



"Ooohhh....oohh...ooghh.." gerakan pinggulnya makin cepat. Aku perhatikan rok lebarnya tidak bisa menutupi lekukan bokongnya yang bergoyang, yang sengaja di tunggingkan.



Aku yakin bahwa mbak Rozah telah tenggelam dalam hasrat seksualnya. Dia menggeliat-geliat dan menggoyang-goyangkan pinggul serta bokongnya. Mbak Rozah dilanda kegatalan birahi yang sangat dahsyat.



Ku lihat dia telah dekat pada puncak klimaksnya. Matanya terpejam, gerakanya cepat bin mantab.



"Dek... adek..... kamu dimana? Tolong ambilka minum."



Tiba-tiba suara kang Aris, suaminya memanggil. Didengar dari suara lemah kang Aris, sepertinya kang Aris memang masih sakit.



"Ughhh.... eeemmmm... a-aku didapur mas, lagi masak. Mas sudah bangun ya. Tunggu sebentar, aku ambilkan minum dulu." Suara Mbak Rozah terengah-engah. Panggilan tiba-tiba dari suaminya membuatnya gugu. Terlihat dia masih bingung. Berulang kali dia mengambil nafas untuk mengatur debaran jantung, yang sedari tadi dipompanya. Wajahnya sampai berkeringat. Bibirnya yang terengah menarik dan menghembuskan nafas, membuatnya terlihat semakin cantik.



Aku yang dari tadi ngintip juga kaget. Takut kalau nanti mbak Rozah tiba-tiba keluar rumah. Aku pun jongkok dibawah jendela. Sembunyi dan gugup. Aku buru-buru membetulkan penisku yang dari tadi muter-muter didalam celanaku. Aku harus pergi sekarang juga. Pikirku panik. Tapi sebelum aku pergi, aku harus memastikan kalau mbak Rozah masih di dalam rumah. Aku tidak mau nanti kepergok waktu melintasi rumahnya. Maka aku intip lagi dengan hati-hati. Aku hanya menaikkan kepalaku sampai batas mataku saja.



Dan....



DEG!



Aku kaget bukan kepalang. Jantungku berdegub kencang. Dug Dug Dug Dug Dug. Kencang sekali jantung berdegub,1 detik. 2 detik. 3 detik.... entah sudah berapa detik mataku terpaku memandangi....... pikiranku melayang. Merangkai potongan-potongan kemungkinan yang sedari tadi belum terpecahkan....







Terong!



Benda itu terselip disalah satu lubang dudukan kursi, yang tadi di duduki mbak Rozah. Posisinya mendongak ke atas. Berkilat licin karna basah. Ada cairan putih kental yg membasahi seluruh bagiannya. Jelas sekali aku melihatnya. Cairan kental itu menetes ke bawah kursi.



Melihat itu. Membuat Penisku tegang seketika. Lebih keras dari waktu paling konak. Mbak Rozah yang selalu aku kagumi. Wanita anggun, istri berkerudung yang sholehah. Senyum dan tutur katanya yang lembut, dan si pemilik bokong nungging. Ternyata sedang berkayuh dengan syahwatnya. Melakukan penetrasi liang senggamanya dengan sebuah terong. Jelas sudah semuanya. Mbak Rozah bermasturbasi!



Tanpa sadar, aku mengeluarkan penisku dan menggosoknya. Kepala penisku memerah. Terasa panas di telapak tanganku. Aku terangsang berat karena keterkejutanku mengetahui apa yg dilakukan mbak Rozah. Ternyata sedari tadi dia melakukan penetrasi dgn sebuah terong. Memenuhi rongga senggamanya, mengaduk-ngaduknya dengan gairah yang memburu.



Lima menit sudah aku menggosok penisku. Sambil melihat terong yang basah mengkilap, ketika kulihat ada bayangan masuk kembali ke dapur. Ternyata mbak Rozah kembali ke dapur. Ditanganya memegang bungkus obat dan gelas kosong. Aku pun langsung merunduk di bawah jendela.



Aku rasa suaminya sudah kembali tertidur lagi setelah minum obat.



"Maaf mas. Aku gak kuat. Aku lagi masa subur, dan salahkan mas Iyant yang tadi menggodaku. Tak seharusnya tadi aku melihatnya. Dan aku tidak akan mau berselingkuh mas." Terdengar gumam pelan suara halus mbak Rozah.



"Aku harus tuntaskan ini mas. Itu terlalu lama. Cepatlah sembuh mas. Maafkan aku."



"Emhhh.... ooooggghhhh...."



Deg! Jantungku berdegub lagi. Mbak Rozah mendesah lagi. Aku yakin, dia mau meneruskan apa yang sedari tadi belum terselesaikan. Dan bodohnya aku. Harusnya aku tidak melewatkan moment dirinya waktu menduduki terong yang berdiri gagah diantara sela-sela lubang kursi itu. Moment terong membelah liang basah milik mbak Rozah.



Aku ada ide!



Ide yg nanti, bila berhasil, akan membuatku bisa melihat pemandangan paling SENSUAL!



Aku intip lagi Mbak Rozah. Sekarang dia mengayuh pinggulnya naik turun. Kakinya dirapatkan. Kedua tanganya disilangkan diatas meja. Seperti orang bersedekap diatas meja. Kepalanya direbahkan diatas kedua tanganya.



Gerakan naik turun bokongnya terlihat mantap. Bokongnya sampai bergetar saat gerekan turun menghantam kursi. Bokongnya seperti jelly.



Pinggulnya diputar, "Ogghh...oghh....oghh..." desahanya masih ditahan.



"Tubuhmu kekar mas...ughh..ughh..." mbak Rozah mulai meracau. Gerakan naik turunya makin tak terkendali.



"Milikmu panjang maaaas.....oooggghh.."



"Okh..okh..okh...."



"Bikin gemesssshhhh.." kata dan gerakan pinggul mbak Rozah makin cepat.



Dia memang wanita sholehah. Dalam bermasturbasipun masih tetap menghayalkan suaminya.



Kulihat tanganya mengepal keras. Bibir bawahnya digigit. Sepertinya gairah syahwatnya mau meledak.



Belum!

Aku harus tepat menghitung ritmenya. Gerakan -hentakan-hentakan mantap pinggulnya-

Desahan -racauan dan ritme nafasnya-

Dan ekspresi wajahnya.

Semua harus aku amati untuk menentukan timing.



Aku masukkan lagi penisku, yang sedari tadi aku gosok-gosok. Aku pandangi mbak Rozah lagi dengan seksama. Menahan gairahku sendiri demi mensukseskan rencanaku.



"Maaaassss......mas Iyant...ogh.."

"Kamuuuhh.....nakal...oooggghh.."

"Milikmu nakal masssssshhhh..."



Hah! Aku kaget. Ternyata mbak Rozah menghayalkan mas Iyant. Tetangga samping rumahnya.



Aku harus fokus.

Benturan bokongnya keras. Nafasnya terengah cepat, "ugh ugh ugh ugh.." dia mendesah tanpa meracau. Matanya terpejam dan wajahnya memerah. Menandakan sebentar lagi mbak Rozah sampai puncak klimaksnya. Yang aku butuhkan cuman 3 detik sebelum....



Sekarang!



"Assalamualaikuuuummmm....mbak..mbak Rozah...mbak didapur?"



Aku berjalan cepat sambil menyarukkan sandalku ke tanah. Sengaja aku lakukan biar dia mendengar aku berjalan cepat menuju ke arahnya. Yang aku butuhkan hanya 3 detik sampai tiba didepanya. Dan tentu saja, dia tidak punya kesempatan buat menghindari kedatanganku. Aku rasa timingnya pas.



Aku langsung buka pintu yang tadi belum sempet ditutupnya.



"Mbak. Aku ada tawaran kerja nih. Mbak mau?" Kataku mencoba santai. Mengontrol degub jantungku sambil mendekat. Aku harus relaks. Mencoba tidak mengerti apa yg sedang dilakukanya.



Pas! Masih dua kali dia menurun naikkan tubuhnya waktu aku masuk. Kepalanya menoleh. Matanya sayu menyipit. Wajahnya merah merona. "Rayyyyhhhh....." sapanya lirih.



"Okhhhh..." mbak Rozah menjerit dalam gumam desahnya. Menghempaskan pinggulnya keras untuk yang terakhir, "okkkhhhhhhhhhhh...." lenguhnya panjang. Terlihat bagian atas tubuhnya bergetar. Kedua kakinya rapat terkejat-kejat. Mulutnya terkatup. Rahangnya dirapatkan erat, menahan nikmat ledakan birahinya sambil menatapku sayu.



"Kenapa mbak? lagi sakit?" Tanyaku pura-pura.



"Gakkkkhhhh..." jawabnya masih berguman. Wajahnya di tundukkan. Digigit bibir bawahnya.



Tapi ledakan syahwat mbak Rozah belum selesai. Ini baru awal. Karena ini pertama kalinya dia klimaks didepan laki-laki, yang tidak tau apa yang sedang dilakukanya. Dan apa lagi dia bukan suaminya. Membuat debaran jantungnya tiba-tiba menderu cepat. Ada gelombang kegairahan yang dahsyat menyeruak di area senggamanya.



Gelombang nikmat yang tanpa sadar, ingin di jemput mbak Rozah. Letupan gairah karena dihadapanya ada laki-laki lain. Yang dalam fikiranya, tidak tau apa yang sedang dia lakukan. Membuat liang senggamanya mengenyot terong yg masih terbenam didalam. Diputarnya pinggul mbak Rozah dan.....



"Akkkkkkkkhhhhhhhh........." sengatan kejut kali ini lebih dahsyat. Lenguhannya panjang. Kali ini dia tidak bisa menyembunyikan getaran hebat tubuhnya. Tanganya meremas ujung meja. Kakinya merenggang, membiarkannya masuk lebih dalam. Gregetan rahang di wajahnya mengungkapkan betapa nikmat syahwat yang sedang melandanya. Mbak Rozah multi orgasme.



Aku sampai terbengong melihatnya. Pemandangan paling sensual dari seorang wanita berkerudung. Merasakan nikmatnya multi orgasme didepan laki-laki bukan suaminya. Tapi aku mencoba memperlihatkan wajah yg biasa saja, wajah yang melihat sambil lalu. Walaupun sebenarnya jantungku berdegub sangat kencang. Aku sampai kewalahan mengatur nafasku sendiri.



Wajah mbak Rozah berkeringat. Nafasnya tersengal. Tercium aroma keringatnya bercampur parfum, semerbak menyeruak ke dalam hidungku. Kuhirup dalam-dalam, emmmhhhh.......tubuhku bergetar membaui aroma sedap tubuhnya. Badanku merinding. Aroma tubuh wanita setelah berpacu dengan nafsu sungguh nikmat.





By: max rayben



Posting Komentar untuk "Cerita Seks Hijab Rozah Yang Binal 1"