Cerita Seks Hijab Rozah Yang Binal 2


"Huuuhhh...huuuh..huuh." Nafas mbak Rozah masih terengah, sedikit ditahan biar terlihat samar didepanku.Tapi aku tau, dia tdak dapat menyembunyikan kedutan-kedutan reflek yg masih mengalir didalam syaraf-syaraf sensitifnya. Yang paling mencolok adalah getaran dipinggulnya, satu dua kali pinggulnya masih terkejat hebat. Tapi apa daya, dia tidak punya pilihan selain tetap disitu, tetap mengangkangi si terong, yang harusnya dilepas kala 2 kali orgasmenya tuntas. Sedikit saja gerakan tidak sengaja terjadi, otot-otot sensitif kewanitanya pasti berkedut lagi.





Rencana awalku memang hanya untuk melihat mbak Rozah orgasme didepanku, Melihat wajah ayu sayunya. Aku tidak punya fikiran macam-macam untuk memanfaatkan keadaan yg beraroma birahi ini. Aku bukan pria gampangan, yg mengambil kesempatan dalam waktu dan sesuatu yg sempit! Haha...aku masih punya logika.(sok!)



Aku masih segan pada mbak Rozah, ada rasa hormat yg memang sudah sepantasnya ada untuk wanita atau istri solehah. Kesetiaan, kasih sayang dan keikhlasanya dalam membina rumah tangga, membuatku tidak sepatutnya merusak keharmonisan rumah tangga orang. Begitu juga sebaliknya denganku.



Cuma waktunya saja yg salah. Aku melihatnya bermasturbasi. Dalam keadaan suaminya yang lagi lemah karena sakit. Apa yg dilakukanya juga tidak sepenuhnya salah. Wanita juga punya nafsu, dan nafsu wanita lebih besar dari laki-laki. Itulah kenapa wanita lebih baik berjilbab, tentu saja untuk mengontrol nafsunya.Dengn jubah jilbabnya dia menutupi nafsu dengan rasa malu.



"Sejak kapan kamu datang Ray."



"Baru aja mbak. Tadi aku panggil didepan gak ada yang nyahut, aku langsung aja kemari." Jawabku dengan sekilas memandang ke wajahnya, wajahnya masih merah merona. Manis sekali.



"Oh ya, tadi kamu bilang apa?, mbak kok lupa ya." Katanya. Untuk mengalihkan perhatianku yg sesekali memandangnya, dia mulai melakukan pekerjaanya tadi. Mengupas timun.



"Lupa apa emang gak denger mbak, situkan tadi lagi klimaks mbak. Hhahaha.." kataku dalam hati. Penisku masih tegang.



"Ini aku punya tawaran kerja buat mbak, mbak kan cantik nih, badanya bagus trus emang keseharian biasanya pake jilbab."



"Kamu cari model?" Katanya tanggap.



"Iya, model pakaian muslimah mbak, kalau yg makai aslinya emang wanita muslimah kan soulnya dapet mbak."



"Mbak kan sudah gak muda lagi Ray."



"Masih cantik kok," balasku cepat." Lagian bentuk badan mbak Rozah proporsional lo, tinggi lagi. Ini baju gamis panjang, buat wanita berbadan tinggi. Modelku yg biasanya kurang tinggi mbak."



Akupun mengambil smartphonku dari saku celana. Langsung kutepuk jidatku.

" Buseeeettt.....dasar bodoh." Umpatku dalam hati. Tadi ada pemandangan indah yang belum tentu dapat terulang. Kenapa tadi tidak kepikiran aku rekam mbak Rozah pas bermasturbasi. Payaaaaah.



"Kenapa Ray?"



"Eh, gak apa-apa mbak, ini mbak model pakaian gamisnya, pasti cantik kalau mbak Rozah yg pakai." Aku buka galerry Hpku. Aku cari foto-foto pakaian gamis yg nanti kalau jadi, akan diperagakan oleh mbak Rozah.



Aku pun memperlihatkan Hpku. Sengaja aku tidak memberikanya pada mbak Rozah. Aku hanya menyodorkan Hpku didepannya. Karena meja ini berbentuk lingkaran dan agak lebar, uluran tanganku hanya sampai tengah-tengah meja. Otomatis, kalau mbak Rozah ingin jelas melihatnya, mau tidak mau dia harus mendekat. Memang itu maksudku, aku ingin dia mengangkat sedikit tubuhnya, menarik pinggulnya ke atas. Agar dia melakukan penetrasi lagi dengan si terong.



"Majuin dikit Ray Hpnya, mbak kurang jelas lihatnya" mbak Rozah masih kekeh duduk dikursi, dia masih tidak bergerak sama sekali. Hanya kepalanya saja yg didongakkan maju ke depan.



"Mbak dong yg maju, tanganku dah mentok ini, lagian dari tadi mbak diem aja gak bergerak," ujarku. " mbak dudukin lem ya, rapet amat duduknya." Candaku.



"Ngaco kamu Ray, enggak tauuukk..." balasnya juga bercanda, senyumnya merekah, wajahnya sudah ceria tidak tegang seperti tadi. Entah kenapa, apakah ini hanya perasaanku saja. Raut muka dan senyum ceria mbak Rozah memperlihatkan kesan jiwa mudanya dulu.

Sebelum mbak Rozah mengangkat tubuhnya ke depan. Dia meraih timun yang sudah dikupasnya. Memilih dan mengambil timun yg masih utuh belum dipotong. Aku belum tau apa maksudnya, aku masih memandang tidak mengerti. Oh rupanya dia menaruh timun itu dimulutnya, bukan dimakan, tapi giginya pura-pura menggigit. Baru aku tau, apa yg dilakukanya tentu saja untuk meredam kalau saja dia tidak kuat untuk mendesah.



Kedua lenganya dirapatkan dan ditumpukan diatas meja. Tangan kanan memegang timun yg ujungnya tepat berada dimulutnya. Tingkahnya makin sensual. Seperti anak kecil makan permen lolipop yg bergelayutan dimeja.



Akhirnya badannya condong ke depan, aku amat-amati wajahnya. Aku yakin mbak Rozah sudah mengangkat bokongnya, melakukan penetrasi. Liang kewanitaanya pasti berkedut mengurut dan mengempot si terong lagi. Lihat saja wajahnya, matanya menyipit sayu kala bagian bawah tubuhnya terangkat. Kalau saja dia tidak menggigit timun, desahanya pasti jelas ku dengar.



"Itu mbak model pakaian gamisnya,model lajuran dari atas sampai bawah," kataku menjelaskan. Sambil bicara aku amati gerakan tubuhnya.



"Pakaianya itu kok kecil Ray, beneran itu seukuran badanku?," katanya heran, intonasi suaranya sedikit berubah karena di mulutnya, dia sedang menggigit timun. haha...



"Pasti pas lah mbak, bahan kainnya ini lentur walaupun rada tipis. Tapi nyaman kalau dipakai wanita yg banyak bergerak. Kainnya juga gak mudah kusut," kataku terus terang.hatiku merasa tidak sabar pengen cepet-cepet melihat mbak Rozah megenakan pakain gamis ini,pakaian gamis yg ketat dan seksi.



"Nanti ketat banget dong nempel dibadanku Ray, kekecilan itu," protesnya.



"Emang begitu modelnya mbak, model ini lagi ngetren. Ini model gamis ketat, pakaian muslimah yang memperlihatkan kecantikan, keanggunan dan kesensualan seorang wanita tanpa harus membuka aurat mbak." Kataku terus terang.



"Walaaahh...bicaramu Ray Ray, kalau beneran wanita muslimah, ya harusnya gak pake gamis begituan lah Ray, lekuk tubuhnya tercetak jelas gitu, gak isin apa, "

Wanita kalau bicara sambil tersenyum memang cantik sekali,apa lagi di dekat bibirnya ada benda lonjong panjang, yang sedari dari tadi cuma dimain-mainin dimulutnya. Itulah yg mbak Rozah lakukan, tingkahnya membuat penisku ngilu.



"Kan seksi mbak." Kataku asal ceplos.



"Itu mah maunya semua cowok Ray, Suka gak kuat kalau lihat cewek seksi dikit," Bibir mbak Rozah tersenyum lebar, menertawai perangai para cowok-cowok mesum. Samar-samar aku melihat dia menggerakkan pinggulnya. Aku tidak bisa melihat jelas karna gerakanya pelan di bawah meja. Timun yang ada dimulutnya sudah digigit dan dikunyah.



"Emm...lah itu, baju yang mbak Rozah pakai, itu juga ketat gitu kok, bikin aku gak kuat," kataku balik bertanya.



Kepala mbak Rozak menunduk memandangi bajunya sendiri,wajahnya terlihat kaget setelah sadar,ternyata baju yang dikenakanya juga ketat,seperti model baju-baju yang dilihat tadi.iiiihhhh...wajahnya memerah lagi.



"Hihihihihi.." tawanya pecah walaupun pelan. "Lupa Ray, ini bajuku jaman waktu muda dulu, dulu mah gak seketat ini, tadi mbak baru selesai cuci baju,yang kering cuma tinggal ini,sampai gerah gini,"





Aku menarik tanganku yg sedari tadi aku sodorkan ke hadapan mbak Rozah. Karena dari tadi mbak Rozah sudah tidak meperhatikan foto yg ada di layar Hpku. Kedua tangan dan Hpku kutaruh diatas meja. Tubuhku ikut aku condongkan ke depan,jarak kami memang masih jauh,tapi itu sengaja aku lakukan, karena sedap aroma badan mbak Rozah menghipnotisku. Dia tidak sadar kalau aura sensualnya memenuhi ruangan ini.



"Jaman dulu dan sekarang gak ada bedanya mbak, lihat aja," mataku menatap dari wajah sampai dadanya."Sekarang mbak Rozah malah tambah cantik." Kata-kataku keluar begitu saja. Dalam sepersekian detik tadi aku sempat terhipnotis. Kata-kata itu bukan gombalan, itu kata bawah sadar yg terucap begitu saja ketika kalian menyadari kebenaran. Kebenaran bahwa kita terpikat. Ada rasa nikmat walau hanya memandang wajahnya.



"Idiiihhh....gombalnyaaaa, tak bilangin Ida tau rasa kamu Ray" bibirnya tersenyum. Tidak ada wanita yang tidak suka digombalin.



"Ha ha ha ha....." Tawaku lepas karena kaget. Dia menyebut istriku. "Aku gak pernah ngegombal lo mbak," Cepat saja aku ambil fotonya. Belum sempat dia bereaksi, sudah aku sodorkan Hpku didepan wajahnya. " Tuh cantik khan?"



"Wekkk." Mbak Rozah menjulurkan lidahnya. Malu melihat wajahnya sendiri.



Hahaha.... dari tadi dia bertingkah seperti remaja. Wajahnya memerah berkeringat dan senyumnya sumringah. Dia sudah terlalu senang untuk meladeni gombalanku. Mbak Rozah memang orang baik, dan dia terlalu murah senyum. Siapapun yg bicara denganya tanpa sadar akan menaruh hormat padanya. Ya, menghormati dan tentu saja, menahan konak



"Sudah ah Ray, sana pulang, bahaya kalau kamu disini terus, nanti mbak kamu apa-apain lagi, hi hi hi..." katanya. Pandanganya menatap tepat dimataku. "Nanti tak bicara dulu sama mas Aris. Kalau dia ngijinin sih aku oke aja."



"Oke deh mbak cantik, oh ya bayaranya lumayan lo," kataku sambil berdiri."Numpang pipis dulu ya mbak, dah kebelet dari tadi." Mbak Rozah hanya mengangguk.



" Loh,kamar mandinya kok gak ada pintunya gini mbak?" Tanyaku heran berdiri didepan kamar mandinya.



"Iya, rusak dari kemarin Ray. Masmu belum sempet benerin." Mbak Rozah juga menoleh memandangi kamar mandi.



Otak mesumku langsung berputar membayangkan mbak Rozah mandi telanjang tanpa tertutup pintu. Bayangin aja mbak Rozah mandi jongkok, kita lihatnya dari depan. Aduhaiiii.



"Hayo! Bayangin apa itu!" Sergah mbak Rozah. Dia ternyata hafal betul sifat laki-laki. Cuma lihat aku berdiri senyum-senyum didepan kamar mandi saja sudah bisa menebak jalan fikiranku.



"Hahahahaha....." tawaku terbahak. "Mbak Rozah man...?" Kataku sambil menunjuk kamar mandi. Kuperagakan juga gerakan orang mandi.



"Iya disitu, emang kenapa..?" Katanya sambil senyum-senyum malu.



"Polos..?" Aku masih penasaran. Memperjelas apakah mbak Rozah benar-benar telanjang mandi ditempat terbuka.



"Iyaaaaaaaaa." Wajahnya langsung memerah. Tidak berani menatap mataku.



"Ha ha ha ha..." Tawaku meledak lagi.



Kebeletku sudah tidak bisa ditahan lagi, aku buru-buru masuk kamar mandinya. "Ini ya tempat mbak Rozah biasa telanjang. Hihihi..." Pikirku mesum." Tempat paling bebas mbak Rozah untuk bertelanjang ria, oh bokongmu mbaaakkk. hahahah." Hayalku menjadi-jadi.



"Ini celana pendeknya siapa kotor amat, aku tidak pernah lihat kang Aria pake celana pendek. Biasanya Kang Aris kalau gak pake sarung ya pake celana panjang." Kulihat celana pendek itu tergantung dicentelan baju.



Disebelah celana itu tersampir daster, sepertinya dasternya mbak Rozah. Dasar konakku sudah tinggi,iseng aku cium dasternya, hemmm sedap!..baunya sama seperti tadi. Aroma tubuh mbak Rozah nikmat sekali, keringat dan minyak wanginya bercampur, berkolaborasi menghasilkan aroma yg semerbak tapi lembut, emm... Mencium daster ini terasa seperti memeluk tubuh mbak Rozah. Apa lagi kalau melihat model dasternya. Seksi abiiiissss.



"Ini apa, kok ada ginian didasternya mbak rozah." Tanyaku dalam hati. Aku kaget sekali. Tentu saja hal ini tidak sepatutnya aku tanyakan.



"Ini celanaya siapa mbak dikamar mandi, kotor amat, kayaknya aku gak pernah lihat mas Aris pakai celana pendek?" Kataku dari dalam kamar mandi.



"Apa, celana?"



"Iya."



"Oh, em....mungkin punyanya mas Iyant, mesin sumurnya lagi rusak, dia numpang mandi tadi habis bersih - bersih kebunnya, pasti itu kelupaan." Jawab mbak Rozah rada kaget.



"Trus ini baju seksinya siapa. Hayooo..." Aku berdiri dipintu kamar mandinya, kedua tanganku memegang daster dan merentangkannya.



Mbak Rozah memang beda,selalu bisa menempatkan diri. Dimataku dia wanita sholehah,alim dan baik hati. Sebagai istri dia juga taat pada suaminya, tidak pernah mengeluh ini itu dan selalu mensyukuri apa yang mereka punya,kesetiaanya bisa dilihat dari keharmonisan rumah tangga yang dibinanya.



"Raaaaayyyyy." mbak Rozah kaget. "Mesum amat kamu Raaaayyy..." mbak Rozah sampai menutup wajah dengan kedua tangan karena malu. "Balikin ah, kotor itu"



Tapi disisi lain, sisi yang baru saja aku lihat. Mbak Rozah juga pandai memanjakan suaminya. Ahaiiii. Pakaian daster ini membuktikan kalau mbak Rozah juga seperti wanita pada umumnya ,suka tampil seksi didepan suami. Beruntungnya dirimu kang Aris!.



"Hahahah. Pakai lagi dong mbak, aku mau lihat."



"Gak!" Mata mbak Rozah melotot tapi bibirnya tersenyum." Dah kotor itu, bau"



"Oooo, kalau gitu nanti kalau habis dicuci ya."



"Au ah." Katanya tersenyum manis.



"Nanti aku foto yang bagus. Artistik!" Kataku lempar umpan.



"Promosiiii Nanti kamu suruh bayar."



"Ge.E.eR.A.Te.I.eS.....GERATIS!" Kataku mantab!



"De. A. eS. A. eR. eM. E. eS. U. eM. DASAR MESUM!" Katanya sambil tertawa renyah.



"Sip!. Siap mbak!"



"Idiiihhhh.....maksa! Emmmm, Boleh."



"Boleh?" Aku bengong.



"Iya!"



"Yes! Yes!" Seruku girang.



"Kalau yang punya ngijinin." Mbak Rozah tertawa cekikikan.





●○●○●○●○●○●○●





Akupun pamit untuk pulang. Sudah hampir jam 3 sore. Sudah waktunya kang Aris bangun. Yang aku tau kang Aris tidak pernah telat beribadah. Aku tidak berani ketahuan ngobrol dengan istrinya, dengan kondisi mbak Rozah berpakaian ketat, dan bersendau gurau mesum deganku. Pastilah nanti istrinya kena tegur.



Walau begitu, puas rasanya tadi ngobrol dengan mbak Rozah, bahkan aku dapat lebih. Lebih konak. Yang harus aku lampiaskan segera. Kemana lagi kalau bukan ke istriku. Ida.



Tapi masih ada satu hal yang masih mengganjal dibenakku.



"Emang tadi mas Iyant kapan datangnya mbak?" Tanyaku mulai menginvestigasi halus. Satu pertanyaan cukup.



"Tadi sebelum mbak mandi, pas masih masak. Goreng ikan." Jawabnya polos."tapi dah selesai cuci bajunya."



"Ooooo.....ya sudah,aku pamit. Assalamualaikum mbak cantik."



"Waalaikumsalaaaaaaaaam." Jawabnya. Mimik mukanya sebel-sebel senang.







Ini Kronologis versiku :

Mbak Rozah lagi masak waktu mas Iyant datang numpang mandi. Sedangkan waktu itu mbak Rozah belum mandi dan sepertinya masih memakai daster, yang seharusnya, tidak boleh ada yg tau, apa lagi melihat mbak Rozah memakai daster seksi itu selain suaminya.



Aku beneran kaget saat melihat daster yg tergantung dikamar mandi itu. Dasternya seksi abis. Daster tanpa lengan! Berbahan kain tipis, lentur dan ketat, belahan dadanya sedikit rendah. Bagian bawahnya sedikit diatas lutut. Menurutku tidak seharusnya mbak Rozah memakai pakaian seperti itu, setahuku dia istri sholehah dan sangat menjaga auratnya.



Alasan kenapa mbak Rozah sampai punya dan memakai pakaian itu cuman satu. Mbak Rozah berpakaian seperti itu pasti, karena kemauan suaminya!.



Sebenarnya ada dua kemungkinan, kemauan suami dan kemauan sepihak istri. Tapi dilihat dari latar belakang kedua belah pihak yang notabenya santri, kemungkinana kedua itu tidak mungkin ada kalau tanpa seijin suami. Karena mbak Rozah tipe istri yang taat suami. Tidak melakukan apa-apa yang dilarang suaminya.



Ah sudahlah. Terlepas dari itu, sekarang aku baru tau kalau sebenarnya kang Aris juga sama seperti laki-laki pada umumnya. Apa yang dilakukanya memang benar dan tepat sasaran , dia menyadari akan keistimewaan istrinya.



Rozah, bodinya tinggi semampai berbokong aduhai.



Oke, Kemungkinan terbesar memang mbak Rozah masih memakai daster waktu mas Iyant mandi. Katanya tadi dia juga sedang memasak. Dalam posisi itu, Menurutku mbak Rozah sudah mati langkah. Dia tidak bisa kemana-mana karena lagi menggoreng ikan. Pasti fikiranya berkecamuk waktu itu. Mau masuk kedalam rumah karena mas Iyant lagi mandi, tapi menggoreng ikanya juga tidak bisa ditinggal. Terlebih lagi posisi kamar mandinya, yang membuat mbak Rozah panas dingin.



Posisi kamar mandinya pas disamping dapur. Dapurnya berbentuk L. Sisi satu untuk tempat kompor gas, dan sisi satu lagi tempat bumbu-bumbu. Kalau tadi mbak Rozah lagi menggoreng ikan, tentu saja dia membelakangi kamar mandi.



Faktanya, kamar mandinya tidak berpintu!



Kalau dia berdiri disisi satu lagi untuk membuat bumbu, kamar mandi pas berada disampingnya. Dan,Dan,Dan cukup dengan lirikan samar saja, tubuh telanjang mas Iyant pasti terpatri jelas dimata. Dan aku yakin, mbak Rozah tergoda melalukan hal itu. Pasti!, walaupun cuma melirik satu kali!



Aku tidaklah tau sekuat apa iman mas Iyant. Apakah dia juga menaruh hormat pada istri ustadz ini. Dalam keadaan mandi telanjang dan kamar mandinya tanpa pintu, di depanya ada mbak Rozah yang berpakaian daster seksi, tanpa lengan, ketat dan transparan. Yang pasti secara logika mbak Rozah juga ikut terbawa deg-degan. Sudah tentu mas Iyant bakal konak, tegang dan terangsang.



"Ughh...mbak Rozah kamu cantik sekaliiiii. Tubuhmu sintal mbak, payudaramu sekal ooohhh... bokongmu juga bulet bangeeet." Gumam lirih mas Iyant, tanganya lincah bergerak.



"Iiiihhh.....ngapain kamu mas, jgn macem-macem ya, suamiku dirumah." Kata-kata mbak Rozah pelan. Matanya melirik ke belakang.



"Kamu seksi mbak, gek kebayang lihat mbak berpakaian begini. Ohhhhh...., daster mu ketat bget mbak, tubuhmu tetcetak indah." Mas Iyant makin nakal. Gerakan tanganya makin menjadi.



"Jangan nakal mas, hentikan gerakan tanganmu." Mbak Rozah gugup. Matanya makin sering melirik dan jantungnya berdegub kencang. Mata yg selalu dijaganya dari hal-hal maksiat, kali ini tidak bisa dikendalikan, ini pengalaman pertamanya digoda laki-laki lain.



"Kenapa pakai daster mbak, ughhh... baru kali ini lihat mbak pakai daster ketat, biasa pakai jilbab." Kata mas Iyant jujur.



Mas Iyant sebenarnya sudah terkagum-kagum sama Rozah, istri ustadz Aris yg sekaligus juga sahabatnya. Rozah dulu primadona di Pesantren, dia biasa dijuluki Bidadari oleh para santri laki-laki. Pembawaanya yg lemah lembut, murah senyum dan berbadan tinggi semampai, membuatnya setiap langkah kakinya meghipnotis mata para santri laki-laki.



"Cepat selesaikan trus kamu pulang mas!."

"Sebentar lagi mbak, emhhh...stttt...Bokongmu kenyel banget mbaaaakkk..."



"Jangan berisik mas!" Tangan mbak Rozah berpegangan pada tepian dapur. Tanpa sadar bokongnya dimundurkan.



"Ooohhh.....Tunggingin lagi mbak bokongmu..emhhh....sstthhh...ya gitu mbak...ohhhh...." gerakan mas Iyant makin cepat, bokong mbak Rozah yang makin nungging membuatnya kesetanan.



"Jangan dipegang!" Kata Rozah galak, matanya melotot, tapi wajahnya merona merah." Gerakin aja cepat, selesaikan secepatnya, mas Aris nanti keburu bangun." Tangannya makin kencang berpegangan.



"Iya mbaakkk..ugh ugh ugh ugh..." Gerakan mas Iyant membabi-buta. Semangat dan nafsunya makin terpacu karena diperintah.

"Bau tubuhmu sedap mbak, bikin aku tambah terangsang, emmmhhhh...." mas Iyant mendekatkan hidungnya, mengendus leher, punggung dan sela ketiak mbak Rozah. Gerakanya makin mantab.



"Lama amat mas keluarnya, cepetin dikit."



Mbak Rozah menoleh ke belakang, melihat wajah mas Iyant yang sedang memburu kenikmata, membuat jantungnya makin kencang berdegub. Rasa malu membuat wajahnya tambah merona merah. Matanya melirik kebawah."ohhhh...besar banget milikmu maaaashhh...." tanpa sadar mulutnya mendesah, yang sedari tadi sudah di tahannya." Panjaaaaaangg.."



"Iya mbak, punyaku panjang...ugh ugh ugh ugh...." Gerakan dan racauan mulut mas Iyant tambah berisik.

"Tolong mbak gerakin, biar kita sama-sama nikmat, ough sttttt..."



"Gak mau!, dicepetin gerakanya dan jgn berisik!"



Gerakan mas Iyant makin cepat, nafasnya sudah berat menandakan dia mau muncrat, tubuh mbak Rozah nungging di depanya, membuat gerakanya tambah kesetanan. bokong bulatnya terlihat mulus nungging, menantang pengen di remas, aroma tubuhnya wangi memabukkan, peluh keringat di tengkuknya terlihat eksotis.



"Oooggghhhh.....aku mau keluar mbak,oogggghhhh..... aku mau nyemprot kamu dgn pejuhku mbak..."



"Cepetan massshhhhh......"



"Yaahhhhh...ke lu ar...mbakkkk...hegggkk."



"Ouuugggghhhhh......"



Crot crottt crott croott



Semburan sperma mas Iyant berhamburan membasahi bagian bokong daster mbak Rozah. Nafas mereka terengah, dada mbak Rozah turun naik seirama hembusan nafasnya. Wajahnya panas memerah menahan nafsu. Liang senggamanya basah dan berkedut, gatal bagian dalamnya pengen di aduk-aduk. Tapi nanti, setelah mas Iyant pergi.



Setelah mas Iyan puas, mengocok penisnya sendiri, mendesah sendiri, menatap tubuh montok mbak Rozah yg tidak boleh dijamah. Menatap bokong nungging dan cuma bisa dipandangi dari belakang. Mengendus aroma birahi mbak Rozah. Aroma birahi istri ustadz Aris,sahabatnya.





●○●○●○●○●○●○●○●



Itulah hasih investigasi mesumku.

Dari bukti di TKP (Daster seksi milik mbak Rozah, celana kotor mas Iyant yg ketinggalan, kamar mandi tanpa pintu dan posisinya berhadapan dengan dapur.)



Dari pengakuan mbak Rozah yang katanya belum mandi, masih memakai daster dan masih masak saat mas Iyant numpang mandi.



Juga apa-apa yang sudah aku lihat dan dengar(mbak rozah bermasturbasi, setelah mandi, menyebut nama mas Iyant, nakalnya mas Iyant, panjangnya "milik" mas Iyant). Bermasturbasinya mbak Rozah, meyakinkan diriku kalau dia tidak melakukan persetubuhan.



Bukti yg tidak bisa terbantahkan cuman satu, yg membuat kemungkinan ini saling sambung-menyambung.



Ada ceceran sperma didaster mbak Rozah!



By: max rayben

Posting Komentar untuk "Cerita Seks Hijab Rozah Yang Binal 2"